@dnwahyudi

Cari Apapun di Sini

Glamping Asik di Coconut Beach Samboja 0

Glamping Asik di Coconut Beach Samboja



Bulan Juni adalah akhir tahun ajaran. Untuk seorang tenaga kependidikan, akhir tahun ajaran bisa jadi waktu yang sangat sibuk ataupun sebaliknya, waktu yang mulai luang.
Beruntungnya aku, aku mendapatkan waktu luang di akhir tahun ajaran ini. Tidak seperti dulu, saat masih jadi tenaga administrasi, kali ini waktu yang tersedia jauh lebih luang.
Kebetulan yang cukup menyenangkan, di mana akhir tahun ajaran bersamaan dengan liburan Hari Raya Idul Adha. Waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga.
Sejauh pengamatanku, beberapa anggota keluarga sebenarnya belum benar-benar libur. Namun kami semua menyempatkan untuk liburan bersama-sama.
Destinasi wisata yang kami datangi kali ini adalah sebuah pantai. Bukan hanya sekadar pantai, pantai ini juga terdapat tempat menginap berupa guest house dan glamping. Nama tempat ini adalah Coconut Beach, yang terletak di Samboja, Kutai Kartanegara.

Kami sekeluarga menginap di beberapa tenda glamping. Kami memilih tenda glamping sebagai tempat menginap agar lebih leluasa dan lebih mudah berkegiatan dan berinteraksi di sekitar pantai.
Fasilitas yang ada di Coconut Beach ini terbilang cukup lengkap. Di Coconut Beach ada restoran, musholla, dan juga kamar mandi umum yang cukup untuk semua pengunjung.
Suasana di malam hari

restoran

musholla Coconut Beach


Suasana di Coconut Beach sangat tenang dan menyegarkan pikiran. Jalan menuju lokasi glamping dari pintu gerbang sangat asri karena lingkungannya yang bersih dan terdapat pohon yang membuatnya jadi rindang. Ketenangan juga sangat terasa di Coconut Beach. Mungkin karena Coconut Beach adalah private beach, di mana pengunjungnya hanyalah orang-orang yang menginap di situ. Coconut beach juga terletak agak jauh dari pemukiman warga, sehingga tidak banyak kebisingan.
Pohon kelapa Coconut Beach

Pantainya juga lumayan asik. Pasirnya yang landai dan ombak tidak terlalu besar, sehingga cukup aman untuk bercengkrama bersama keluarga.
Pemandangan dari arah pantai

Ombak kecil pantai Cococnut Beach

Suasana pantai Coconut Beach


Walau cukup menyenangkan, ada sedikit kekurangan pada pantainya. Pasir pantai terasa seperti bercampur dengan lumpur, sehingga terasa sedikit amblas ketika kaki menginjak. Jangankan pasir yang di dalam air, pasir yang basah walau tidak terendam air pun juga terasa sedikit amblas. Mungkin karena pantai ini terletak agak dekat dengan muara/teluk Muara Jawa, sehingga endapan lumpur dari muara sungai tersapu sampai ke pantai.
Selain pasir yang bercampur dengan sedikit lumpur, kekurangan lainnya adalah adanya sedikit sampah di sekitar bibir pantai. Namun ini bukanlah hal yang jadi deal breaker, mengingat hampir semua pantai di dekat kota juga seperti itu.
Selfie secukupnya


Ke Taman Gubang (II) 0

Ke Taman Gubang (II)

Dengan alasan yang mirip seperti pada kunjungan pertama, kami mengunjungi Taman Gubang lagi pada tanggal 10 mei 2024 lalu. 

Kali ini, dengan cuaca yang lebih cerah, kami juga menumpang di gubang (perahu) yang disediakan di Taman Gubang.
Sebelum perahu berangkat
Oh, iya. Pada tulisanku yang dulu, aku menuliskan bahwa biaya naik gubang adalah Rp120.000,-. Ternyata aku salah. Biaya yang diperlukan hanya Rp100.000,-
Bermain di atas atap perahu
Tidak banyak informasi tambahan yang aku dapatkan di kunjungan kami yang kedua ini, Kalau ada yang mau informasi mengenai Taman Gubang, sepertinya lebih baik kalau baca tulisanku yang dulu. Jadi di blogpost kali ini silakan lihat foto-fotonya saja ya... Hehe... 😁

Senja


Nelayan mencari ikan
Melihat senja

Kartu yang Tak Pernah Datang 0

Kartu yang Tak Pernah Datang

Waktu baru-barunya menggeluti postcrossing, aku semangat sekali mantengin grup postcrossing di facebook, baik yang Indonesia maupun yang luar negeri. Rasanya senang sekali membaca cerita keseruan dan juga melihat kartu pos-kartu pos yang mereka dapatkan dari penjuru dunia.

Ms Wahyudi (?)


Sesekali, ada anggota yang memberikan giveaway kartu pos yang mereka kirimkan. Biasanya akan banyak sekali yang ikutan untuk mendapatkan kiriman kartu pos tersebut.

Suatu ketika, seseorang di grup Postcrossing Indonesia mengadakan giveaway kartu pos dari Jepang. Anggota tersebut sepertinya adalah orang Jepang yang pandai berbahasa Indonesia.

Karena ikut undian gak perlu effort, hanya perlu tulis komentar 'mau', aku pikir gak ada ruginya mencoba ikutan. Eh, ternyata malah dapat. Rasanya lumayan gembira saat itu.

Bapak dari Jepang ini kirim message di facebook, isinya minta alamat pos dan juga alamat email. Langsung aku kasih aja deh..

Beberapa hari kemudian, Bapak ini mengirim email ke aku, yang isinya menyatakan kalau kartu pos giveaway-nya sudah siap dikirimkan. Di email itu juga dilampirkan gambar hasil pindai kartu pos yang dikirimkan ke alamatku. Itu gambarnya aku tampilkan di atas.

Umumnya, kartu pos dari luar negeri akan sampai ke Indonesia dalam waktu satu bulan. Untuk negara sesama Asia bahkan ada yang kurang dari satu bulan. Namun kartu pos yang ditujukan ke alamatku ini tidak sampai hingga saat ini. 😢

Memang sangat besar resiko bagi selembar kertas untuk hilang, apabila kertas itu 'traveling' menjelajah dunia. Di antara hiruk pikuk dan besarnya logistik yang mungkin ikut terbang bersama kertas itu, sangat besar kemungkinan kartu pos ini terselip atau hilang.

Selain terselip atau hilang, yang juga mungkin terjadi adalah petugas pos meremehkan kartu pos. Di era komunikasi elektronik yang serba instan seperti sekarang, boleh dibilang, prangko dan pengiriman surat berprangko hanyalah bisnis 'simbolis' bagi perusahaan pos di berbagai negara. Tidak heran kalau ternyata petugas pos mengabaikan kartu pos-kartu pos yang ada di kantornya. Aku sendiri mengalami pengalaman serupa di mana aku mengrimkan kartu pos resmi postcrossing ke luar negeri (Russia) yang juga tidak sampai ke alamat tujuannya.

Nah, itulah sedikit pengalamanku dalam dunia postcrossing, sebuah hobi yang sementara ini tidak kujalani lagi karena terasa lumayan mahal... Hehe.. 😁

Bagi teman-teman pembaca sekalian yang ingin membaca pengalamanku di dunia postcrossing, silakan klik label postcrossing di bawah judul tulisan ini.
Upgrade Laptop 2024 0

Upgrade Laptop 2024

Bulan Maret lalu, laptopku ini akan berusia tujuh tahun. Sebuah titik usia di mana tidak lagi tergolong muda untuk sebuah laptop di zaman sekarang. Usia yang sudah mulai mengkhawatirkan untuk barang elektronik yang dipakai untuk bekerja harian.
Sebenarnya, aku hampir tidak punya keluhan terhadap laptopku ini. Satu-satunya hal yang sangat menggangguku adalah bahwa suara speaker laptop ini sangat kecil. Lebih kecil dari kebanyakan laptop yang pernah aku temui.
Walau tidak ada keluhan, aku khawatir dalam beberapa bulan atau tahun ke depan laptop ini akan tidak optimal penggunaannya. Hal ini terjadi karena (saat itu) laptopku ini masih menggunakan sistem operasi Windows 7
Harddisk sudah dilepas
Demi mengoptimalkan kinerjanya, aku memutuskan untuk mengupgrade storage laptopku ini. Aku memutuskan untuk mengganti harddisk dengan SSD. Harddisk yang lama tetap akan aku gunakan sebagai file storage, sedangkan SSD untuk instalasi OS.
SSD sudah dipasang
Karena tidak ada slot M.2 atupun NVME, tentu satu-satunya SSD yang bisa digunakan adalah SSD SATA, yang form factor-nya sama persis sepert harddisk 2,5 inch.
Aku memutuskan untuk beli SSD merk Adata ini karena menurut beberapa ulasan, SSD ini cukup baik dengan harga yang cukup terjangkau.
Ada sedikit kendala saat akan meng-install OS Windows 11. USB bootabel yang dibuat dengan rufus hanya dapat berjalan pada partisi GPT dengan UEFI only. Bila ingin menggunakan legacy bios, harus menggunakan jenis partisi MBR. Selain itu, flashdisk yang aku gunakan sepertinya juga punya kualitas yang buruk.
Aku memutuskan untuk mengganti flashdisk. Selain flashdisk, aku juga mengganti bootable maker dengan Universal USB Installer/pendrivelinux. Alhamdulillah berjalan dengan lancar.
Setelah beberapa menit akhirnya laptopku ini berhasil upgrade storage SSD dan juga upgrade OS ke Windows 11.

Manuskrip #001: Tulisan Tangan 1

Manuskrip #001: Tulisan Tangan

Sebelum masuk ke inti tulisan, aku perlu jelaskan sesuatu dulu.
Jadi, tadi aku dapat ide untuk mengunggah tulisan-tulisan dan coretan-coretan yang pernah aku buat di buku catatanku. Mungkin satu saat buku-buku ini hilang atau musnah, tapi tulisanku bisa bertahan lebih lama dalam bentuk digital.
Ide ini muncul ketika aku sedang semangat lagi untuk coret-coret menggunakan fountain pen. Saat buka-buka coretan, ketemu tulisan tanganku yang isinya, walau gak bagus, tapi lumayan rapi strukturnya. Jadi aku wujudkan dokumentasi coretanku ini dalam tag manuskrip ini.

20 November 2022
Sejauh yang aku ingat, aku memulai belajar menulis di usia yang cukup awal dibandingkan anak sebayaku. Di usia tiga tahun (bahkan mungkin kurang), aku mulai belajar menulis menggunakan pensil atau ballpoint pen.
Cukup jelas ingatanku, aku belajar menulis menggunakan sebuah pensil dan buku belajar menulis saat aku bahkan belum masuk TK. Buku berwarna merah muda itu berisi kalimat-kalimat sederhana dan juga panduan untuk menirunya.
Mungkin karena memori yang cukup membekas itu, aku jadi suka menulis di buku tulis sampai saat ini. Pagi hari yang tenang, di saat bahkan matahari belum bersinar terlalu terang, adalah waktu yang sangat nyaman bagiku untuk menulis.


 

 

Related Post

Ad Placement