Desember 2023 - @dnwahyudi

Cari Apapun di Sini

Akting Paul Dano dan Buta Warna 1

Akting Paul Dano dan Buta Warna

Beberapa hari yang lalu alu baru saja menyelesaikan nonton film The Batman (2022). Agak telat, mengingat film ini dirilis tahun lalu.

The Batman (2022) mendapatkan tanggapan yang positif dari para kritikus film. Hal ini terlihat dari skor rotten tomatoes sebear 85% dan skor audience 87%.


Artikel di screenrant juga memuji karkater The Ridler (https://screenrant.com/the-batman-paul-dano-best-riddler/) di film ini sebagai The Ridler terbaik yang pernah ada di film Batman. The Ridler versi Paul Dano dianggap lebih masuk akal dan lebih menyeramkan dibandingkan The Ridler yang ada sebelumnya. Hal ini memang sesuai karena film The Batman lebih merupakan adaptasi yang cenderung bergenre drama-action, jika dibandingkan dengan film Batman Forever yang sangat terasa ‘komik’-nya.

Sejauh yang aku ketahui, tidak banyak film Paul Dano di mana ia memerankan lead character. Kebanyakan hanya karakter sampingan. Namun akting-akting Paul Dano selalu mendapat pujian.

Film-film Paul Dano di mana ia menjadi lead character yang pernah saya tonton hanya dua. Film-film itu adalah Ruby Sparks dan The Fablemans. Selebihnya saya hanya menonton dia sebagai aktor pendukung.

Jadi ingat satu film di mana saya mulai mengagumi akting Paul Dano. Film itu adalah Little Miss Sunshine yang dirilis pada tahun 2006.

(SPOILER ALERT)

Scene yang cukup menarik perhatian saya adalah ketika karakter Dwayne yang diperankan oleh Paul Dano mengetahui bahwa ia adalah seorang yang mengalami buta warna.

Adik Dwayne,Olive menunjukkan lembaran Tes Buta Warna kepada Dwayne. Tanpa mereka sadari, ternyata selama ini Dwayne mengalami buta warna. Padahal Dwayne bercita-cita menjadi seorang pilot, yang mana tidak boleh mengalami buta warna. Hal ini tentu saja menghancurkan hati Dwayne.

Hal tersebut membuat saya sadar, ternyata tes buta warna adalah hal yang sangat jarang kita jalani, padahal pada saat tertentu, tes buta warna menjadi hal yang sangat menentukan dalam hidup kita.

Saya sendiri, pertama kali melakukan tes buta warna saat akan menjalani tes masuk di salah satu SMA favorit di kota saya. Sebelumnya, saya sama sekali tidak tahu tentang proses tes buta warna.

Tes buta warna dilakukan dengan menampilkan lembaran yang memiliki warna-warna tertentu. Orang yang menjalani tes akan diinstruksikan untuk menyebutkan warna, angka/huruf yang tampil, atau menunjuk pola warna yang ada di lembaran.

Sebenarnya proses tes buta warna adalah hal yang cukup sederhana. Namun (di zaman saya sekolah) dulu, jarang dilaksanakan terutama untuk anak sekolah. Mungkin ketersediaan media yang menjadi hambatan

Untungnya di zaman sekarang, di mana media apapun dapat kita jangkau dengan mudah, tes buta warna bukanlah hal yang sulit dijangkau. Cukup dengan klik-klik di komputer, atau tap tap di smartphone, kita dapat menjalani tes buta warna dengan instan.

FHI: Laptop 6

FHI: Laptop

FHI, adalah kategori post blog yang baru aku mulai untuk mengisi blog ini, yang sudah mulai jarang di-update karena kesibukan dan ide yang kering. FHI adalah singkatan dari Foto Hari Ini.

Untuk edisi #FHI001 tanggal 10 Desember 2023 kali ini yang aku tampilkan adalah foto 'set up' laptopku kalau lagi di rumah. Kebetulan saat ini aku sedang menggunakan laptop untuk merekapitulias nilai semester ganjil tahun 2023 ini.

Gambar pada laptop itu adalah film yang sedang aku tonton, yang berjudul Losmen Melati. Sebuah film horor untuk menemani beristirahat setelah lelah meng-katrol nilai anak-anak harapan bangsa orang tuanya masing-masing itu.

Pindahin Blog 2

Pindahin Blog

Akhirnya, setelah sebelas tahun setia pada webhosting yang dulu aku pakai, aku memutuskan untuk memindahkan blog kesayanganku ini ke platform lain.

Keptusan ini sudah lama aku pertimbangkan, bahkan terbilang cukup lama. Mungkin  dua atau tiga tahun yang lalu. Karena baru ada kesempatan tahun ini, akhirnya baru terlaksana di akhir tahun ini.
Photo by Plann: https://www.pexels.com/photo/woman-using-smartphone-and-laptop-4549414/
Cukup berat, sebenarnya, meninggalkan platform wordpress self-hosted setelah selama sebelas tahun menggunakannya. Banyak fitur-fitur dan keunggulan wordpress self-hosted yang tidak aku temui di platform blogger ini.

Keputusan ini aku ambil karena merawat website self-hosted mulai terasa membebani. Hal-hal seperti upgrade source code reguler, update plugin, managemant disk space, management content, dan lain sebagainya, yang agak berbeda dari blogger, mulai terasa seperti menjadi tantangan dibandingkan dulu, di mana aku justru sangat enjoy menjalaninya. Selain itu, pengeluaran dari sewa hosting juga menjadi pertimbangan mengingat pemasukanku tidak bertambah, sedangkan pengeluaran kian hari kian bertambah.

Semoga saja, setelah pindahan blog ini aku bisa jadi lebih rajin menulis dan blog ini bisa bermanfaat untukku dan juga untuk orang lain.

Related Post

Tulisan Terbaru

Glamping Asik di Coconut Beach Samboja

Bulan Juni adalah akhir tahun ajaran. Untuk seorang tenaga kependidikan, akhir tahun ajaran bisa jadi waktu yang sangat sibuk ataupun sebali...

Ad Placement