Journal Tour (4): Belanja
Travelling rasanya benar-benar hambar kalau tidak disertai dengan belanja. Sayangnya, karena aku kurang berpengalaman dalam travelling, akhirnya aku kurang mempersiapkan diri untuk urusan belanja-belanja ini.
Pagi pertama di Jakarta, Jumat 20 Februari 2015 kegiatan kami diawali dengan sarapan di hotel. Setelah sarapan, rombongan langsung menuju bus untuk bersama-sama mengunjungi Pasar Tanah Abang.
Pasar Tanah Abang yang konon katanya adalah pasar grosir konveksi terbesar diAsia Tenggara memang benar-benar sangat besar. Karena perhatianku teralihkan oleh lingkungan sekitar (macet, gedung-gedung, orang-orang) aku jadi kurang memperhatikan besarnya gedung Pasar Tanah Abang Blok A ini.
Besarnya gedung Blok A ini baru terasa ketika kita berada di dalamnya. Kalau aku tidak salah hitung, gedung ini terdiri dari tujuh belas lantai.
Ada hal unik di gedung Blok A ini. Kita tidak akan menemukan lantai bernomor 4 dan 13 di gedung ini. Menurutku, hal ini mungkin karena adanya mitos dari salah satu etnis di Indonesia yang kurang menyukai angka 4 dan 13. Jadi, kalau diurutkan dari bawah, penamaan lantai Gedung Blok A adalah SLG (Second Lower Ground), LG (Lower Ground), G (Ground), 1, 2, 3, 3a, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 12a, dan terakhir 14.
Dari semua orang rumah, cuma Ibu yang sempat pesan oleh-oleh. Jadi, aku cuma sempat untuk mikir beli oleh-oleh untuk Ibu. Selain bingung mau beli apa, juga karena masih dengan alasan yang sama; jetlag tak berkesudahan.
Pukul 11.00, beberapa dari kami memisahkan diri menuju Masjid Istiqlal untuk melaksakan sholat Jumat. Kalau dilihat sekilas,sepertinya luas lahan Masjid Istiqlal agak sedikit lebih kecil dibanding dengan lahan Islamic Center Samarinda. Aku gak yakin juga, sih.. Gak sempat ngukur soalnya.
Sayang sekali aku tidak sempat mengambil gambar/foto-foto di area Masjid Istiqlal karena waktu sholat Jumat sudah hampir tiba. Aku Cuma sempat ambil gambar di tempat wudhu saja.
Setelah sholat jumat, rombongan kami bertolak menuju pantai Ancol. Kali ini baru ngerasa macetnya Jakarta. Seingatku, bus sempat mutar-mutar di tempat yang sama beberapa kali. Entah apa yang dipikirkan sang penegmudi bus.
Kira-kira waktu adzan ashar, kami tiba di Pantai Ancol. Sayangnya, rombongan kami tidak menjadwalkan masuk objek-objek wisata yang ada di pantai Ancol. Mungkin duitnya udah amblas di pasar Tanah Abang barusan.